NAWA
NATYA
Kata Nawa Natya terdiri
dari kata Nawa dan Natya. Nawa artinya sembilan, Natya artinya teguh; bertata susila
(Kamus Bahasa Bali-Indonesia, 125). Nawa Natya dapat diartikan sembilan sifat
dan sikap teguh serta bersusila yang harus dimiliki oleh para pemimpin dan para
pembantu-pembantunya, guna mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bangsa dan
negara yang dipimpinnya.
Dalam
lontar berbahasa Jawa Kuno yang berjudul Nawa Natya diperoleh
penjelasan, bahwa seseorang Raja/Pemimpin itu dalam memilih para pembantu-pembantunya
(paraMenteri), Raja atau pemimpin itu harus memiliki suatu kebijaksanaan.
Kebijaksanaan ini diibaratkan memilih segunung bibit bunga yang harum baunya,
indah warnanya, yang tidak cepat layu serta mempunyai manfaat yang utama. Memberikan
kepuasan bagi yang melihat maupun yang menggunakannya.
Demikian seseorang raja (pemimpin) dalam
memilih pembantu-pembantunya seperti memilih segunung bibit bunga itu. Adapun
orang orang yang patut dipilih sebagai
pemimpin menurut lontar Nawa Natya adalah sebagai berikut :
1. Pradnya
widagda
Pradnya
widagda, artinya bijaksana dan mahir dalam berbagai ilmu pengetahuan. Orang
yang berilmu itu bukanlah orang yang memiliki kemampuan untuk mengadopsi ilmu
yang terdapat dari berbagai buku atau sumber-sumber lainnya, ke dalam otaknya
-- apalagi ilmu itu sampai menenggelamkan dirinya ke dalam kesombongan dan
kebingungan. Orang berilmu adalah orang yang mampu menjadikan ilmu sebagai alat
untuk memperkuat eksistensi dirinya sebagai manusia. Ilmu itu belumlah cukup
hanya menjadi alat untuk memperkuat sang diri, namun harus mampu diekspresikan
hingga menjadikan seseorang bijaksana. Orang yang mampu menjadikan ilmu sebagai
alat untuk memperkuat diri dan mampu menjadikan seseorang bijaksana inilah yang
disebut pradnya widagda.
2. Parama
artha
Parama
artha, artinya orang yang memiliki cita-cita mulia dalam hidupnya. Parama itu
utama atau mulia, artha itu tujuan atau cita-cita. Cita-cita utama adalah orang
yang dalam mencari sumber hidup dan kehidupan melalui bhakti pada Tuhan dan
mengabdi pada sesama dengan penuh cinta kasih. Dari bhakti-nya pada Tuhan dan
pengabdiannya pada sesama itulah mereka mendapatkan sumber hidup dan kehidupan.
3. Wira
Sarwa Yudha
Wira
sarwa yudha, artinya pemberani dalam menghadapi pertempuran. Dalam keadaan
perang, pemimpin pembantu raja ikut berperang. Namun dalan keadaan damai, sikap
wira sarwa yudha ini tidak takut menghadapi masalah yang terjadi dalam
melakukan tugas-tugas kepemimpinan. Pemimpin itu jangan lari dari persoalan yang
dihadapi dalam pekerjaannya. Setiap persoalan yang timbul hendaknya dijadikan
kesempatan untuk berbuat yadnya atau melakukan sesuatu yang terbaik untuk
menyelesaikan persoalan. Yang terbaik itu adalah sesuatu yang berbadasarkan
kebenaran dan menuju kebenaran.
4.
Dirotsaha
Dirotsaha,
artinya teguh dan tekun dalam berupaya. Dirotsaha berasal dari kata dira
artinya teguh atau tekun dan utsaha artinya berupaya. Dalam tugas-tugas
kepemimpinan, apalagi pada zaman Kali dewasa ini, tentunya banyak persoalan
yang tidak begitu gampang diselesaikan. Sikap yang teguh dan tekun sangat
dibutuhkan dalam berupaya mencari solusi-solusinya. Keteguhan dan ketekunan itu
bukanlah suatu keangkuhan, namun didasarkan pada kuatnya rasa bhakti pada Tuhan
dan disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan pasti akan memberikan petunjuk pada
mereka yang teguh dan tekun berusaha untuk menemukan kebenaran.
5. Pragi
Wakya
Pragi
wakya, artinya pandai menyusun kata-kata dalam pembicaraan. Salah satu tugas
seorang pemimpin adalah menyampaikan buah pikirannya dalam suatu pembicaraan
dengan pihak lain. Kalau tidak memiliki kemampuan pragi wakya, pihak lain bisa
salah mengerti pada buah pikiran yang ingin dikomunikasikan. Hal ini akan
sangat menghambat seseorang pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya. Pragi
wakya akan diperoleh melalui kegemaran membaca dan latihan-latihan berbicara.
6. Sama
Upaya
Sama
upaya, artinya taat pada janji. Janji adalah mahkota yang menentukan wibawa
seorang pemimpin. Taat pada janji adalah salah satu cara bagi seorang pemimpin
untuk memelihara kepercayaan masyarakat. Karena itu, pemimpin tidak boleh
sembarang berjanji. Setiap janji haruslah dianalisa secara mendalam bahwa janji
itu akan dapat ditaati. Kepercayaan adalah napas bagi seorang pemimpin.
7. Lagha
Wangartha
Lagha
wangartha, artinya orang yang tidak memiliki pamrih pribadi yang sempit. Orang
tidak akan terjebak pada pamrih yang sempit apabila keyakinannya sangat
mendalam tentang kebenaran ajaran karma phala. Karena hanya perbuatan yang
baiklah yang akan memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu,
berkonsentrasilah untuk berbuat yang baik sesuai dengan swadharma.
8. Wruh
Ring Sarwa Bhastra
Wruh
ring sarwa bhastra, artinya tahu mengatasi kerusuhan, mirip dengan ilmu
"manajemen krisis" dewasa ini. Kerusuhan dalam kehidupan bersama,
apalagi dalam suatu wadah negara, merupakan ancaman yang sewaktu-waktu mungkin
saja muncul. Seorang pemimpin harus sudah memperhitungkan semua kemungkinan
tersebut dan harus sudah memiliki berbagai upaya mencegahnya, serta jika sampai
kerusuhan itu muncul sudah punya konsep untuk mengatasinya.
9. Wiweka
Wiweka,
artinya kemampuan untuk dapat membeda-bedakan mana yang salah dan mana yang
benar, mana yang tepat dan mana yang kurang tepat. Juga mampu mengambil sikap
mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting, dan seterusnya. Hal ini
tidak dapat diperoleh hanya dengan membaca buku saja, namun harus dilakukan
melalui latihan-latihan yang tekun dalam masyarakat di samping itu harus juga
ada bakat.
“Bhatara
Rawi mangisep wilana endi tan kara caneh-caneh de nira. Samangkana kita talap
pangguhen tatar gelis yeka surya brata”
(Kakawin
Ramayana, 21.13)
Artinya :
Beberatan
Sang Hyang Surya adalah mengisap air. Tidak dengan tergesa-gesa tetapi sangat
berhati-hati beliau. Agar seperti beliaulah caranya bekerja, menunjukkan
pembuktian dengan tidak tergesa-gesa. Itulah beberatan Sang Hyang Surya
Demikianlah seorang pemimpin dalam kepemimpinannya,
hendaknya mampu memilih pembantu – pembantunya seperti memilih segunung bibit
bunga tadi. Di antara mereka yang berkemauan berpotensi, dan berguna dalam
pembangunan bangsa dan negara ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.